More Categories

Cari Blog Ini

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 21 Juni 2020

Ketika Nenekku Meninggal




Kelas 1 SD tahun 1972, telah tinggal di Asrama Gagalyon Kavaleri 8 Tank, terdengar info jika Nenekku wafat lewat telegram dari Kodim Manna Bengkulu Selatan. 

Orangtua ku diberikan izin cuti untuk pulang ke kampung hadiri Ibundanya yang sudah wafat. Saya yang masih tetap kelas 1 SD diajak untuk turut temani Bapakku ke arah Bengkulu. Berangkatlah saya ke arah Jakarta dengan Bapakku, dari Cililitan ke arah Tanjug Priuk. Perjalanan ke arah Bengkulu tidak segampang seperti sekarang ini. 

Dari kota Jakarta sebelum ke arah dermaga di bawa serta putar-putar kota Jakarta sampai waktu sore Kapal telah bertumpu di Dermaga Tangjung Priuk. Dermaga Merak belumlah ada waktu itu. Dari Tanjung Priuk ke arah Dermaga Panjang di Lampung. Turunlah di Pelabuahan Panjang yang tidak dipakai, sekarang ini untuk dermaga untuk Teritori peti kemas.

Dari Dermaga Panjang, meneruskan perjalanan dengan memakai kereta Api ke arah Stasiun Lubuk Linggau. Dari dalam kereta api saya bulak balik berjalan ke arah wc, sebab tidak berhati-hati jempol tangan kiriku terjepit pintu wc serta langsung menghitam, sakit rasa-rasanya, sebab salah sendiri jadi tidak menangis serta di tahan rasa sakitnnya. 

Perjalanan ke arah Bengkulu alami beberapa malam untuk dapat sampai di kampung halaman orangtua ku. Perjalanan harus melintas sungai yang belumlah ada jembatannya, mobil, sepeda semua di seberangkan lewat jembatan penyeberangan yang di Tarik oleh sebagian orang supaya sampai di seberang.

Manfaat Dan Keuntungan Baca Artikel Bola Online

Menginap di Lubuk Linggau serta besoknya meneruskan perjalanan lewat Muarainim Lahat serta sampailah di Bengkulu Selatan Kota Manna sore harinya. Sangat melelahkan sebab harus stop serta meneruskan perjalanan. 

Di kota Manna bermalam tadi malam untuk meneruskan perjalanan keesokannya. Di rumah saudara saya di jamu serta di potongkan ayam. 

Kendaraan ke arah kampung halaman tidak ada, pada akhirnya Bapakku serta saya bersepeda ontel ke arah Kedurang. Saya duduk di belakang, serta Bapakku mengayuh sepedah selama 40 km, untuk sampai di kampung halaman, serta seringkali istirahat. Sepeda didapatkan dari saudara yang berada di Kota Manna, entahlah di membeli atau di pinjamkan yang pasti sepeda itu sampai di kampung halaman.

Perjalanan dengan sepeda membuat ku ngantuk sebab tertiup angin sepeda yang menghembus, kadang-kadang di tegur oleh Bapakku. Saya tidak tahu seperti mana perasaan Bapakku saat itu. Saya masih kecil, kelas satu SD sesaat Ibu Orang tuaku yang sangat di cintai wafat serta harus tempuh perjalanan sampai beberapa malam. 

Perjalanan dari Kota Manna ke Kedurang jalannyanya belum sebagus sekarang ini, jalannya masih berbatuan serta seringkali dipakai untuk pelajan kaki serta gerobak yang di Tarik oleh Sapi atau Kerbau. Kiri kanan perkampunagn di Kedurang masih tinggi-tinggi tempat tinggalnya, masih takut jika ada harimau masuk kampung. Sekarang ini perumahan di Kedurang telah kekinian seperti perumahan di perkotaan, masih ada rumah panggung tetapi cuma beberapa lagi.

0 on: "Ketika Nenekku Meninggal"