More Categories

Cari Blog Ini

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 21 Juni 2020

Dunia Kotanya Kita




Di saat matahari ke arah tempat tenggelamnya, awan mulai menyemburat emas. Rona jingganya terkaca-kaca disamping gedung bertingkat. Nuansa lemas serta frustasi penuh keinginan terdengar melalui dentuman klakson kendaraan. Ditengah-tengah deru klakson jalan raya, suara alunan adzan maghrib. Terdengar sedikit meredamkan situasi muaknya kota. 

Tetapi di pojok kota itu, di bawah jalan layang seorang gadis, penjual koran terlihat nampak bahagia sekalian nikmati roti. Ada pula seorang anak lelaki yang mengetuk satu kaca mobil -- serta anak-anak yang lain berdompol dengan baju lusuh. Ada pula orangtua renta bertumpu di tembok bawah jembatan itu. Banyak tulisan di tembok itu, yang sangat jelas serta bisa dibaca ialah "DPR ANJING". 

Kemungkinan itu baru dibikin semalam, sebab umumnya tulisan yang semacam itu bertambah cepat hilang dibanding "Joni Love Dina" atau "Rojali Sayang Rere". Lampu merah menjadi hijau, klakson kendaraan mulai makin membombardir jalan raya itu, pekingnya jadi penyejuk orang kolong itu, tidak dapat -- saya juga turut menekan klakson sebab bus di depanku stop tiba-tiba. Kemudian arahku ialah cuma pulang serta tidur.

Meliuk-liuk dijalanan kota dalam senja dengan motor supra. Debu jalanan bercampur dari muka. Akulah pengendara jalan raya. Dari kota yang penuh derita senja yang ku katakan tersisa rona jingga yang dibaur merah muda serta sedikit violet meremang bersama-sama gelapnya malam. Berkendara sekalian lihat jalan raya ialah panorama indah. 

Di kota besar seperti kota ku ini, panorama waktu senja ialah panorama yang penuh nuansa frustasi, lemas, serta spiritual. Beberapa pengendara senang iba lihat orang yang mengadu nasib pada jalan raya walau sebenarnya belum pasti mereka semakin bahagia. Senyum sapa dari satpam penjaga perumahanku diberi buat melanggengkan bersilahturahmi masih terbangun.

Manfaat Dan Keuntungan Baca Artikel Bola Online

"Baru pulang, Don..."

"Iya, nih. Banyak kerjaan." Sekalian motor melalui polisi tidur dengan helm sedikit kacanya diangkat serta melihat mengarah satpam, saat itu juga melalui polisi tidur itu kaca helmku jatuh. Suara berisik motor belum diservice seperti suara kecrekan saat melalui polisi tidur. Entahlah kenapa namanya polisi tidur.

Sesampainya di kontrakan, betul saja. Sesudah mandi untuk beri kesegaran diri yang masih ada cuma indomie. Indomie kuah serta telur saya buat jadi menu yang sangat rasional saya makan malam hari ini. Tetapi sayang disayang, gas elpiji barusan habis. Untung saya masih punyai penanak nasi yang dapat saya buat jadi pilihan. 

Sedikit cukup lama menanti, konsumsilah saya dengan penuh rasa sukur. Dari pengendara jaln raya ke arah pengelana mimpi. Ku putuskan tidur sebab rasa kantuk yang terlalu berlebih dari pemikiran, putuskan saya supaya tidur jam sembilan malam.


Sirene dengan musik saluran death metal menggugah pagiku. Sesudah ku melihat androidku, ini hari ialah hari libur. Hampir tiap hari, saya dibangunkan dengan musik semacam ini. Tidak mengenal hari, intinya bangun pagi. Ku matikan sirene serta kulanjutkan tidur. Baru lima menit saja ku tinggal tidur, sirene sialan itu bunyi lagi. Kesempatan ini saya betul-betul bangun. Inilah hidup membujang, makan sendiri, tidur sendiri, dibangunkan juga sendiri. Ini hanya usaha menjadi mandiri.

0 on: "Dunia Kotanya Kita"